Sunday, March 28, 2010

Keterangan Karya dan Komponis

A


Antonio Lauro



Vals Venezolano No. 3

Merupakan musik waltz cepat khas Amerika Selatan yang berbirama ¾ dan 6/8 dengan nada dasar E minor kemudian diikuti dengan E major. Dalam karya ini terdapat bagian yang sulit untuk dimainkan karena kerterbatasan jangkauan jari. Namun Lauro tidak memiliki masalah dalam memainkan karya ini, karena ia memiliki jari-jari yang besar.

(waltz; vals = Tarian berpasangan, merupakan pengembangan dari landler, tempo musik waltz dapat bervariasi, ada yang cepat, lambat, dan sedang. Namun pada umumnya tempo yang dipakai agak cepat. Karakteristik dari waltz adalah penggunaan aksen yang biasanya memanfaatkan not bas yang rendah pada tiap hitungan pertama)



Agustin Barrios Mangore (5 Mei 1885 – 7 Agustus 1944)

Agustín Pío Barrios lahir di kota kecil San Juan Bautista de las Misiones di Paraguay, dia mulai bermain gitar di usia yang sangat dini. Dia memperoleh pendidikan dasar di Jesuit school, dimana ia mempergunakan gitarnya untuk mempelajari ilmu harmoni. Instruktur formal pertamanya ialah Gustavo Sosa Escalda, ialah yang memperkenalkan Agustín pada metode Sor dan Aguado, serta karya-karya dari Tárrega, Viňas, Arcás, dan Pargá. Pada umur 13 tahun ia telah menjadi seorang anak yang jenius, yang mendapat beasiswa dari Colegio Nacional di Asunción, dimana selain memperdalam musik, ia juga mendalami matematika, jurnalis. Ia juga mempelajari kaligrafi dan ia juga merupakan seniman grafis yang berbakat.

Barrios adalah seorang yang sangat mencintai kebudayaan, ia pernah berkata “seseorang tidak akan bisa menjadi seorang gitaris jika ia belum dibasuh di air mancur kebudayaan”. Selain berbahasa Spanyol, ia juga dapat berbahasa Guaraní, bahasa asli Paraguay. Ia dapat membaca bahasa Prancis, Jerman, dan Inggris, dan ia juga cukup tertarik pada filosofy, puisi, dan theosophy. Dia berlatih setiap hari, dan menyukai bekerja di bar. Ia adalah orang yang hangat, baik hati, dan spontanitas. Dalam hal musik, ia adalah seorang improvisator yang sangat baik, banyak cerita yang mengisahkan tentang improvisasi spontanitasnya (banyak juga dilakukan di dalam konsernya). Kreatifitasnya yang luar biasa memungkinkannya untuk membuat lebih dari 300 karya untuk gitar.

Dalam musiknya kita dapat temukan kreativitas yang digabungkan dengan kemampuan harmony gitar. Pengetahuan tentang ilmu harmoninya membuatnya mampu membuat karya dengan berbagai macam gaya : barok, klasik, romantik dan deskripsi. Ia membuat prelude, studies, waltz, mazurkas, tarantellas, dan romanza, dan juga beberapa karya yang menceritakan sebuah objek ataupun karya yang bertemakan kisah-kisah / kebudayaan. Karyanya yang paling terkenal, Diana Guaraní, menggambarkan perang Triple Alliance yang terjadi di Paraguay pada tahun 1864, lengkap dengan meriam, kuda, drum, suara berbaris, dan ledakan. Dia juga memainkan musik-musik populer lainnya. Banyak karya-karya terbaiknya dibuat berdasarkan lagu dan bentuk tarian yang terdapat di seluruh Iberoamérica (cueca, choro, estilo, maxixe, milonga, pericón, tango, zamba dan zapateado).

Di tahun 1932 ia mulai menamakan dirinya “Nitsuga Mangoré – the Pagannini of the Guitar from the Jungles of Paraguay”. Nitsuga (ejaan terbalik dari Agustín) dan Mangoré (pemimpin legendaris dari Guaraní, yang menentang penjajahan Spanyol) dipakai oleh Barrios selama beberapa tahun, yang kemudian ia mengubahnya menjadi Agustín Barrios Mangoré.

Selain di Paraguay, Barrios juga pernah menetap di Argentina, Uruguay, Brazil, Venezuela, Costa Rica, dan El Savador. Di negara-negara ini, juga termasuk Chile, Mexico, Guatemala, Honduras, Panamá, Colombia, Cuba, Haití, Dominican Republic, dan Trinidad, ia terus menggelar konser dari tahun 1910 sampai meninggalnya. Dari tahun 1934-1936 ia berada di Eropa, bermain di Belgia, Jerman, Spanyol, dan Inggris.

Selain memainkan karyanya sendiri, ia juga memainkan karya-karya lain yang merupakan karya-karya standar pada jaman itu (Bach, Haydn, Mozart, Beethoven, Chopin, Albéniz, Granados, Sor, Aguado, Giuliani, Costé, Tárrega, Tórroba dan Turina).

Cueca (Danza Chilena)
Cueca adalah tarian nasional Chile (ditetapkan pada 18 Sept 1979). Tarian ini dipengaruhi musik dari Spanyol dan Afrika. Tarian ini dianggap erat dengan tarian zamacueca dari Peru, juga dianggap merupakan variasi dari Fandango (Spanyol), criollo dan pengaruh africa. Cueca merupakan tarian yang digunakan sebagai wujud protes ketika suami atau anaknya hilang selama pemerintahan Pinochet (1973 - 1990).
beberapa contoh tarian Cueca:
1; 2.

Study in A Major

Komposisi ini merupakan komposisi yang digunakan untuk melatih tangga nada dan arpeggio (Akor yang dimainkan not per not secara berurutan dalam pola tertentu. Berasal dari kata “arpa” atau harpa karena mirip dengan gaya petikan harpa).



Alberto Ginastera (1916-1983)

Alberto Ginastera adalah salah satu komponis Amerika Selatan yang terpenting pada abad 20. Keatraktifan karya-karyanya terletak pada kemampuannya menggabungkan ritme dan warna musik rakyat Argentina dalam tehnik komposisi musik modern dengan menghasilkan ritme yang dinamis, lirik yang mengesankan dan disertai atmosfir yang penuh halusinasi.



Sonata para Guitarra Op. 47

Adalah salah satu karya monumental dalam dunia gitar klasik yang menuntut kemampuan tehnik dan interpretasi yang sangat tinggi untuk mengeluarkan efek-efek, ritmik dan warna yang kompleks. Sonata ini terdiri dari bagian Esordio, Scherzo, Canto, dan Final.



Alonso de Mudarra (1508-1580)

Alonso de Mudarra ialah seorang komposer dan viheulist penting pada zaman renaissance. Mudarra bekerja sebagai pendeta di katedral Sevilla. Ia juga menerbitkan sebuah buku untuk vihuela dan gitar bersenat 4 yang berjudul Tres Libros de Musica, yang diduga merupakan publikasi musik pertama untuk gitar.



Fantasia

Fantasia ialah suatu karya polifonik renaissance yang menjurus ke bentuk tocatta dan bergaya bebas. Karya ini merupakan bentuk solo tarian yang pada awalnya dibuat untuk tuning lute, dengan senar ketiga yang diturunkan sampai dengan fis untuk menghindari kesulitan teknis yang tidak perlu. Karya ini memiliki judul asli ‘fantasia que contrahaze la harpa en la maniera de Ludovico’ diambil dari salah satu karya Mudarra, Tres Libros (1546) yang berusaha meniru suara dari harpa Ludovico. Lagu ini merupakan karya terbaik Mudarra yang dikomentarinya bahwa karya ini “Sulit sampai dimengerti”. Yang menarik dari karya ini ialah kalimatnya yang terasa berdialog pada awal lagu, namun tetap terasa menari karena aksen-aksen. Selain itu pada pertengahan karya terjadi perubahan birama yang sebenarnya hanya bertujuan untuk merubah aksen. Pada akhir karya semakin terasa polifonik dan ditutup dengan arpeggio yang melodius dan indah.



Antonio Ruiz Pipo (1933- )

Cancion y Danza

Karya ini terdiri dari dua bagian. Cancion (nyanyian) adalah bagian yang mengambil irama lagu zaman renaissance spanyol yang diharmonisir dengan suara disonan. Sedangkan Danza adalah tarian rakyat yang gembira dengan ritme dasar 6/8.



Astor Piazzolla

Musik dari Astor Piazzolla merefleksikan situasi kehidupan zaman modern dengan mencampur antara keindahan musik rakyat dan harmoni kontemporer. Meskipun sering mendapat kritik dan ditolak oleh pemerintah yang konservatif, musiknya berbicara kepada generasi masa depan dan musisi-musisi pop dan jazz di seluruh dunia. Musiknya yang terkenal dengan nama Nuevo Tango (Tango aliran baru) sekarang hadir di atas panggung-panggung musik dunia sampai ke gedung opera.











D



Domenico Scarlatti (1685-1757)

Domenico Scarlatti adalah anak keenam Alessandro Scarlatti dari sepuluh bersaudara. Ia lahir pada zaman yang sama dengan salah satu komposer terkenal, J. S. Bach, yaitu pada zaman Baroque, tepatnya pada tahun 1685. Scarlati merupakan pemain hapsichord yang handal pada zaman itu. Ia hidup berpindah-pindah dari Italia, Portugal, hingga akhirnya menetap di Madrid, Spanyol, tempat ia mengabdi pada Maria Barbara Casimira di lingkungan kerajaan Spanyol. Sampai pada kematiannya di Madrid tahun 1757. Scarlatti sudah menulis lebih dari 500 lagu untuk hapsichord.



Sonata in A Major K. 322 (L. 483)

Sonata ini adalah salah satu karya Scarlatti yang cukup terkenal yang ditranskrip untuk gitar. Sonata on A Major K. 322 memiliki tema yang bersemangat, dengan tempo yang cukup tinggi. Sonata ini seakan-akan menggambarkan suasana suatu perayaan yang meriah yang diiringi tari-tarian. Terdiri dari 2 bagian, dimana kedua bagian tersebut memiliki tema yang tidak jauh berbeda. Mengandalkan pengulangan kalimat-kalimat dengan komposisi not-not seperempat dan seperdelapan yang teratur dan bersahut-sahutan, kedua bagian itu ditutup dengan kalimat yang merupakan solusi dari masing-masing bagian.



E



Eduardo Sainz de la Maza

Eduardo Sainz de la Maza adalah seorang gitaris yang sangat berhasil dan komponis yang penting dalam perkembangan musik gitar. Walaupun ia lebih terkenal dengan aransemen-aransemen musik rakyat Spanyol yang intim dan liris, namun sebenarnya karya-karya aslinya lebih memiliki unsur penting. Musiknya dapat digambarkan berwawasan luas dengan menggabungkan unsur-unsur impresionis dan musik rakyat Spanyol dan jazz yang menghasilkan perpaduan unik seperti karyanya Platero.



Campanas del Alba

Arti dari Campanas del Alba adalah “Bells of the morning”. Karya ini dipersembahkan untuk saudara laki-laki dari Eduardo.



















F



Francis Kleynjans (1951)



A’ l’aube du dernier jour, opus 33 (edisi 1988)

Diciptakan Francis Kleynjans (Perancis) untuk gitaris Roberto Aussel. Karya ini bersifat Programatik. Berkisah tentang seorang terpidana yang akan menjalani pelaksanaan hukuman mati (guillotine) dengan berbagai eksentuasi teknik non traditional use of instrument. Karya ini pernah menjadi juara 1 komposisi baru untuk gitar dalam ajang 22nd Contest of Guitar yang diselenggarakan oleh Radio France.

Arabesque en forme de Caprice, opus 99 (edisi 1988)

Karya ini dipersembahkan untuk gitaris virtuos David Russell (1953). Kesan musik impresionisme-simbolisme ala C. Debussy (1862-1918) sangat mendominasi karya ini, yang juga merupakan karya penghormatan untuk gitaris dan transkriptor Spanyol F. Tarrega (1854-1909).

Ada sedikit keterangan unik yang bersumber dari gitaris Anelio Desiderio saat mengadakan workshop di Jakarta (2004), ia mengatakan bahwa karya ini merupakan karya yang hanya membuang-buang waktu saja. Ia juga mengatakan bahwa David Russell sendiri pun tidak pernah mau membawakan karya ini.



Fransisco Tarrega (1852-1909)

Salah satu ciri dari karya-karya Tarrega adalah ornamen-ornamen yang harus dimainkan dengan cepat atau seringan mungkin.



Endecha-Oremus

Endecha adalah nyanyian kepedihan dan Oremus bahasa Latin yang berarti mari kita berdoa. Dua kata yang cukup menggambarkan isi karya yang singkat dari gitaris/komponis romantik ini.

Grand Jota

Karya ini berbentuk tema dan variasi dengan berbagai macam tehnik yang unik. Tema karya ini diambil Tarrega dari lagu rakyat Arragon, Spanyol. Jota adalah karya yang berbentuk tarian, sehingga sewaktu memainkan karya ini usahakan untuk menggunakan tempo yang konsisten.



Federico Moreno Torroba

(3 Maret 1891-12 September 1982)

Lahir di Madrid Torroba merupakan anak dari José Moreno Ballesteros, seorang pengarah orkestra, organist, dan seorang pengajar di Madrid Conservatory, yang mengarahkan putranya dari usia dini. Dalam melahirkan karya-karyanya, Torroba sering memasukkan irama-irama khas Spanyol (seguidilla, fandango, jota,...) yang dikombinasikan dengan kesensitifan harmonisasi pada jamannya, serta tidak lepas dari pengaruh musik-musik Eropa. Musik Torroba juga memiliki gaya tersendiri yang sangat melodius, ‘langsung’ namun tetap elegan. Hampir sebagian besar karya-karya solonya dipersembahkan untuk Andrés Segovia.



Sonatina

Karya ini terdiri dari tiga bagian yaitu allegreto, andantino, dan allegro. Pada bagian allegreto kita akan diperdengarkan dengan suasana yang riang sekaligus ringan, bagian andantino-nya menggambarkan sesuatu yang sifatnya berfantasi (khayalan), dan sesuatu yang “virtuos” pada bagian allegro-nya. Sonatina adalah sonata kecil (lebih sederhana) yang terdiri dari tema, pengembangan, pengulangan ke tema awal.

Torija

M. Torroba menulis karya-karya untuk gitar yang menceritakan mengenai kastil-kastil indah di Spanyol, salah satunya adalah kastil romantis Torija.























G

Gaspar Sanz (1640-1710)



Canarios

Canarios-adalah tarian energik orang Spanyol / Prancis pada abad ke-16 yang berasal dari pulau Canarie. Biasanya beritme 3/4, 3/8, atau 6/8.

Españoleta

Españoleta adalah satu karya yang paling terkenal dari Gaspar Sanz yang menceritakan tentang negri kesayangannya, Spanyol.





























H



Heitor Villa Lobos (1887-1959)

Lahir di Rio de Janeiro pada tahun 1887. Ia menguasai beberapa alat musik, seperti cello, clarinet, dan gitar, yang sebagian besar dipelajari secara otodidak. Di usianya yang ke 25, ia mulai tertarik dengan musik tradisional Brasil. Semasa hidupnya ia menetap di Eropa, terutama di Paris. Saat berada di Paris (1923-1930), karya-karyanya dipengaruhi aliran musik impresionis Calde Debussy, yang dituangkannya dalam komposisi “Douze Etudes” (Twelve Etude), yang merupakan salah satu karya besarnya untuk instrumen gitar. Selain itu, Villa Lobos juga menggubah “The 5 Preludes”, yang juga ditulis untuk gitar, dan dipersembahkan kepada istrinya, Aminda Villa-Lobos. Heitor Villa-Lobos mengakhiri hidupnya di tanah kelahirannya, Rio de Janeiro, pada tahun 1959.



Prelude No. 5

Karya ini menggambarkan tarian rakyat Brazil yang sering dimainkan di jalanan dengan unsur samba dan bosanova.



12 Etude

Penomoran kedua belas etude yang digubah Heitor Villa-Lobos agaknya mempunyai susunan tertentu. Etude No.1 cenderung untuk melatih tehnik, sedangkan nomor yang semakin dekat ke Etude No. 12 cenderung melatih musikalitas.

Etude#1

Karya ini merupakan suatu bentuk latihan tehnik arpeggio tangan kanan, namun demikian terdapat juga banyak bagian yang cukup melatih tehnik tangan kiri, diantaranya tehnik legato dan slur pukul. Bila diamati permainan arpeggio dalam karya ini akan terdengar seperti suara gemuruh petir dan angin besar pada saat langit akan hujan.

Etude#2

Etude ini adalah bagian dari Douze Etude yang dibuat Villa-Lobos. Ini adalah salah satu karya yang dibuat dalam masa persahabatan dengan Andres Segovia, sehingga di banyak edisi, fingeringnya dibuat oleh Segovia. Didesain terutama untuk kecepatan perpindahan tangan kiri dan independensi jari-jari.

Etude#11

• Etude ini dimulai dengan nyanyian indian amerika dan bagian tengah yang menggambarkan hentakan kaki kuda dengan latar belakang suara teriakan orang-orang indian.

• Etude ini dibuka dengan tempo lento, dan antara kalimat pertama dan kedua diselingi dengan tempo piu mosso yang merupakan suatu kecenderungan untuk masuk ke bagian kedua yang lebih agresif, namun masih merupakan perkembangan dari bagian pembukaan. Birama terakhir pada bagian kedua memberikan pulsasi dasar untuk bagian ketiga yang berupa arpeggio yang merupakan puncak dari Etude No. 11. Penutup etude ini berupa bagian yang identik dengan bagian kedua dan bagian pertama.



I



Isaac Manuel Francisco Albéniz (1860-1909)

Adalah seorang pianis dan komponis folklore Spanyol. Lahir di Camprodon, Catalunya. Albéniz adalah seorang jenius yang tampil pertama kalinya pada umur empat tahun di muka umum dan pada umur tujuh tahun diterima di Paris Conservatoire. Tahun 1883 dia bertemu dengan komponis Felipe Pedrell (1841-1921), yang memberinya inspirasi untuk menulis musik-musik bernuansa Spanyol seperti Suite Española, Op. 47. Banyak karya-karyanya ditranskripsi untuk gitar, salah satu yang paling terkenal adalah Asturias (Leyenda) yang ditranskripsi oleh gitaris Francisco Tárrega. Albéniz sendiri yang mengatakan bahwa jiwa musiknya ada di dalam instrumen gitar. Pada tahun 1890-an Albéniz hidup di London dan Paris dan lebih mengabdikan diri pada musik teater. Antara tahun 1905-1909 dia menulis karyanya yang paling terkenal, Iberia, kumpulan dua belas karya impresionisme untuk piano. Albéniz meninggal pada usia 48 tahun di Cambo-les-Bains dan dikuburkan di Cementiri del Sudoest, Barcelona.



Iwan Tanzil (1963-)

Lahir di Jakarta tahun 1963, mulai belajar gitar klasik pada umur 14 tahun. Guru-gurunya di Indonesia antara lain Johny Legoh dan Rainer Wildt. Tahun 1983 ia melanjutkan study musiknya di Hochschule der Kuenste Berlin (sekolah tinggi seni Berlin). Tahun 1988 ia menyelenggarakan studynya di bidang “pemain pentas” dan melanjutkan studynya dengan tujuan “Kuenstlerische Reifepruefung” (ujian kematangan seorang artis) yang diselesaikan pada tahun 1991. Kedua studynya diselesaikan dengan pujian (with Honour). Pada tahun 1989 menjadi pemenang pertama kompetisi gitar internasional (24 Concorso Internazionale La Conquista della Chitarra Classica) yang diadakan di Milano, Italia.

Sejak itu Tanzil telah tampil di berbagai negara antara lain di Polandia, Italia, Spanyol, Korea Selatan, Jerman (juga di gedung konser terkenal seperti Chamberhall Berlin Philharmonie, Konzertsaal Hardenbergstrasse, Seoul Arts Center, dll.)

Sebagai pemain pentas Tanzil banyak bekerja sama dengan komponis dari berbagai negara dan telah memainkan lebih dari 30 komposisi modern (sebagai world premiéres) antara lain dari : Choppard (Swiss), Chung (Korea), Domeniconi (Italia), Koshkin (Rusia), Zenamon (Brazil) dan juga dari Jerman : Bredemeyer, Brunn, Heyn, Nick, Wolfstieg, Schmidt, Stahmer, von Schweinitz, Weirauch. Dari kerjasama inilah lahir karya gitar yang khusus ditulis (dedication) untuk Iwan Tanzil, antaranya : Brunn : “Memed”, Chung : “Verwandlung”, Domeniconi : “Kecapi”, Heyn : “Lembranca do Villa-lobos”, Schmidt : “Sandspuren”, Weirauch : “2 guitar concerts”, “5 Preludien”, “Tronic Suite”, Zenamon : “Preludios Poeticos”.



Spirit of Kuda Lumping

Mencoba menggambarkan suasana dalam suatu pertunjukan kuda lumping, komposisi ini dimulai dengan melodi yang bersifat mistik, dilanjutkan dengan bagian ritmis yang menggambarkan gerakan penari kuda lumping mulai dari pembukaan hingga ia jatuh “in trance” di mana gerakannya menjadi tidak teratur dan agresif, komposisi ini berakhir dengan gambaran roh meninggalkan penari kuda lumping itu.



J



Jakub Pollak (1545-1605)

Jakub Polak dikenal sebagai seorang pemain lute dan komponis Polandia bernama Jacob Reys. Selain itu, ia juga memiliki nama lainnya seperti Rais, Augustanus, Pulonois, Jacques atau Jacopo, walaupun tidak begitu jelas apakah nama-nama itu adalah nama dari orang yang sama. Dia adalah pemain lute kerajaan di Paris pada waktu pemerintahan Louis XII dan menulis jenis-jenis musik yang umum pada zamannya, seperti Prelude, Fantasie, Courante, dan musik-musik renaissance Eropa.



Johann Christian Scheidler (1752-1815)

Lahir pada tahun 1750 dan meninggal pada tahun 1841. Sayangnya, informasi mengenai kehidupan dan hasil karyanya tidak lengkap karena pada masa perang kebanyakan dokumen penting hilang. Scheidler adalah seorang Cellist dan Fagottist yang aktif. Ia biasa bermain di istana-istana raja. Tetapi kecintaan dia dalam bermain musik sebetulnya adalah untuk lute dan gitar. Pada awalnya, Scheidler mengkomposisikan karyanya utuk lute dan gitar. Selain untuk solo, kemudian ia juga menciptakan karya untuk Musik kamar dan Theater. Pada waktu luangnya, Scheidler juga adalah seorang improvisator untuk lute dan gitar yang cukup terpandang. Ia menerima sebuah rumah asrama dari raja di Mainz (Frankfurt) pada masa tuanya dan memberikan pelajaran gitar.



Sonata in C Major – bag. 1 (Allegro)

Sonata ini terdiri dari tiga bagian, yaitu allegro, romance, dan rondo. Allegro berarti suatu permainan yang riang dan hidup dalam tempo yang cepat. Bagian eksposisi dari allegro, merupakan suatu pembukaan yang sangat hidup dan seakan mengajak orang-orang untuk berpesta. Pada bagian development banyak terdapat perubahan bentuk not secara tiba-tiba. Sedangkan begian rekapitulasi merupakan pengulangan bagian eksposisi.

(=lihat Rondo “ANALISA BENTUK MUSIK”)





Johann Sebastian Bach (1685-1750)

Bach lahir di kota Eisenach, dan mendapat pendidikan pertamanya di gereja Lutheran di kota itu. Ayahnya, Johann Ambrosius Bach, adalah pemain trompet dan dirigen orkes di Eisenach dan abangnya, Johann Cristoff Bach adalah pemain organ yang pertama kali mengajari Johann Sebastian Bach bermain organ.

Pertama kali ia belajar komposisi dengan menyalin karya-karya Froberger, Kerll, dan Pachelbell, tapi kemudian hari ia sendiri menjadi komposer dan organis yang diakui kemampuannya, dan terkenal jauh melebihi mereka. Komposisinya membentang dari kantata-kantata, oratorio, konserto (termasuk Bradenburg Concerto yang sangat terkenal itu), suita untuk lute, biola, dan organ, dan wohltemperierte Klavier, lebih dari 600 buah karya.

Bach bukanlah seorang komponis yang senang menciptakan karya untuk lute. Karya-karya untuk lute diciptakan atas konsultasi Bach dengan Silvius L. Weiss, hal ini disebabkan pada saat hanya sedikit pemain lute yang dianggap handal oleh Bach dan Weiss adalah salah satunya.

Bach adalah salah satu komponis yang memperdulikan pentingnya berbagai macam tangga nada, dimana hal ini sangat bertolak belakang dengan kebiasaan di jaman renaissance. Pada jaman renaissance (Bach adalah salah satu komponis dari jaman Baroque) banyak tangga nada yang “dianak tirikan” oleh komponis-komponis pada jaman tersebut. Menurut Bach setiap tangga nada memiliki nyawa, nuansanya sendiri-sendiri. Inilah alasan mengapa Bach banyak menciptakan karya dari berbagai tangga nada.

Bach adalah seorang komponis yang cenderung menulis ‘Kadens’. Pada jaman Baroque, kadens jarang sekali ditulis karena umumnya komponis memberi kebebasan kepada pemain untuk menunjukkan kemampuannya (teknik). Hal ini cukup mendapat tentangan karena merupakan hal yang tidak lazim, sehingga Bach digolongkan sebagai komponis yang bersifat mendikte. Alasan Bach dalam menuliskan kadens ialah karena ketidak puasan Bach terhadap kemampuan para pemain pada jaman tersebut, yang menurutnya melenceng dari kemauannya.



Suite BWV 996

Giga

Giga/Gigue/Jig – merupakan tarian rakyat yang aslinya berasal dari Irlandia-Skotlandia pada abad ke-17 dan biasanya merupakan salah satu bagian dari sebuah Suite. Giga yang ditulis Bach ini merupakan Giga á la Itali, dimana not-not polifonik (beberapa lapis suara) harus mengalir seperti layaknya air sungai kecil, yang tentu saja tidak mudah untuk dimainkan di gitar.

Suite a moll für Laute, BWV 997 (original in c moll)

Adalah suite yang ditranskripsi berdasarkan manuskrip (tulisan ulang, antara lain dari P. E. Bach dan J. Ph. Kiernberger). Tulisan asli dari Bach sendiri tidak pernah ditemukan, yang ada hanya 5 buah manuskrip yang semuanya bisa didapatkan di perpustakaan Berlin (ditulis dalam sistem piano, selain itu masih ditemukan 1 manuskrip dalam bentuk tabulatur perancis untuk lute yang ditulis oleh Johann Cristian Weyrauch (diperpustakaan Leipzig), di mana Weyrauch hanya menulis bagian prelude, sarabande, dan gigue, hal ini bisa dimengerti karena bagian fuga dan double dari suite ini sangat sulit untuk dimainkan dengan lute.

Preludio, Fuga, E Allegro BWV 998

Preludio

Preludio di jaman Baroque adalah bagian karya dari sebuah Suite yang mengedepankan kemampuan harmony dari komponis, sekaligus instrumen yang bersangkutan. Karya ini aslinya dimainkan di tangga nada Es Major. Karya ini aslinya juga ditulis untuk instrumen hapsichord (salah satu ciri dari instrumen ini adalah nada-nada yang dihasilkan umumnya pendek), yang kemudian dimainkan di lute dan akhirnya ditranskripsikan ke instrumen gitar. Dalam karya ini setiap perubahan tangga nada harus dimainkan dengan sejelas-jelasnya (D – A – G - etc.).

Dan dalam karya ini juga harus diperhatikan line dari melodi yang ada. Bila melodi bergerak naik maka volume diperkeras, dan bila melodi bergerak turun maka volume diperkecil. Bila cara ini dimainkan, maka pendengar akan merasakan gerakan bergelombang (naik – turun) yang cukup jelas.

Budaya egalite dan inegalite :

Egalite ialah not dimainkan sesuai dengan apa yang tertulis; sedangkan inegalite ialah not dimainkan dengan cara yang berbeda dari yang dituliskan.

Stufen dinamik : cara membawakan karya dengan mengatur tingkatan dinamik. Misalnya f – mf – mp – p, atau sebaliknya.

Schwerpunkt : point berat (point apa yang ingin ditunjukkan oleh pemain).

Suite BWV 1001

Fuga

Berbeda dengan karya-karyanya yang berbentuk suita, Fuga ini tidak dibuat berdasarkan sebuah tarian. Fuga adalah komposisi yang murni akademis dan teoritik. Pada dasarnya adalah sebuah tema yang berulang kali ditransposisi pada berbagai pitch dan posisi yang berbeda (Sopran, Alto, Tenor, atau Bas).

(=Lihat Fuga “ANALISA BENTUK MUSIK”)

Suite BWV 1006a

Gavotte en Rondeau

Gavotte en Rondeau adalah bagian ketiga dari Suita BWV 1006a, yang sebenarnya terdiri dari 6 bagian, yaitu Prelude, Loure, Gavotteen Rondeau, Minuet I dan II, Bourre, dan Gigue. Suita BWV 1006a ini aslinya adalah Lute Suite No. 4 dalam E Major yang merupakan transkripsi dari 3th Partita for Solo Violin in E Major, BWV 1006. Gavotte berarti suatu dansa pada akhir abad 17 yang elegan dan agung dalam ketukan 4/4 dan biasanya dimulai pada ketukan ketiga. Sedangkan Rondeau adalah suatu bentuk musik yang biasanya dalam bentuk ABACADA atau ABACABA. Gavotte en Rondeau ini dalam bentuk ABACADA.

(=Lihat Rondo “ANALISA BENTUK MUSIK”)

Suite BWV 1007

Prelude

Prelude ini ditulis untuk instrumen cello dan karena keindahan melodi dan harmoninya maka banyak diaransemen untuk instrumen-instrumen musik lain. Seperti musik-musik Bach lainnya, prelude ini memiliki pesan doa dan kecintaan Bach pada Tuhan.



John Rutter (b. 1945)

John Rutter lahir di London pada tahun 1945 dan mendapat pendidikan musik pertama kali sebagai konduktor koor di Highgate School. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikannya di Clare College, Cambridge, dimana ia menulis komposisi pertamanya yang dipublikasikan dan membuat rekaman ketika masih menjadi mahasiswa. Karir komposisinya meliputi musik koor, orkestra, instrumentalia, konserto piano, opera anak-anak, musik untuk televisi, dan juga menulis lagu-lagu untuk Philip Jones Brass Ensemble dan the King’s Singers. Dari tahun 1875 sampai dengan 1979 ia menjabat sebagai direktur musik di Clare College, sekaligus membimbing koor pada sejumlah siaran maupun rekaman. Setelah ia memutuskan untuk tidak lagi menjabat agar lebih memiliki banyak waktu untuk menulis komposisi, ia membentuk the Cambridge Singers, sebuah chamber koor profesional. Ia juga menjadi konduktor maupun pembicara tamu pada beberapa concert hall, universitas, gereja, festival musik dan konferensi di Eropa, Skandinavia, Amerika Utara, dan Australia. Pada tahun 1996, Archbishop of Canterbury memberikan Lambeth Doctorate of Music atas kontribusinya pada musik gereja.



Rondeau Caprice

Sesuai dengan judulnya, Rondeau Caprice merupakan komposisi modern berbentuk rondo (A-B-A-C-A-D-A) yang sifatnya ringan (Caprice(It.)). Yang menarik dari karya ini adalah bentuknya yang tidak seperti rondo pada umumnya, karena tema (A) juga divariasikan oktaf dan juga sedikit harmoninya. Selain itu karya ini juga memiliki birama yang sedikit jarang digunakan yaitu birama 5/8 yang terasa lebih dinamis.

(=lihat Rondo, “ ANALISA BENTUK MUSIK”)































L



Leo Brouwer (1939)

Secara garis besar musik Leo Brouwer (komponis kelahiran Kuba, kini menetap di Spanyol dan memegang jabatan musical director dan konduktor Orquesta de Cordoba) dibagi menjadi tiga fase. Fase awal : pertengahan 1950-an hingga pertengahan 1960 bersifat nasionalisme dengan elemen-elemen African-Cuban. Elegio de la Danza / Eulogy to the Dance (1964) adalah contoh karya akhir dari fase awal musik Brouwer. Fase kedua, musiknya memasuki wilayah avant-garde ditandai dengan Canticum (1968), La Espiral Eterna (1971) dan ditutup dengan Guitar Concerto no. 1 (1975). Memasuki fase ketiga, musik Brouwer mengalami simflikasi (neoromanticism), walau dibeberapa karyanya terdapat pengaruh minimalisme. El Decameron Negro (1981) untuk gitaris Sharon Isbin (1956) merupakan karya yang mewakili fase ketiga tersebut dan diciptakan berdasarkan antologi cerita rakyat Afrika (suku Yoruba, Afrika Barat) disusun oleh antropologist Leo Frobenius.

20 Etude Simple

Brouwer salah satu komponis modern terpenting gitar klasik, menulis 20 Etude Simple untuk gitaris pemula. Setiap Etude (lagu untuk melatih kelenturan jari) durasinya pendek tapi mengena kepada permasalahan tehnik dasar gitar.

Etude#1

Pada Etude pertama ini Brouwer mencoba menirukan perkusi etnik di etude pendek ini dengan harmoni yang sederhana, sinkop dan aksen bergaya Afrika.

Etude#2~Leo Brouwer (1939)

Etude kedua mengimitasi Choir (paduan suara) penduduk Indian Amazon dengan harmoni disonan tetapi khidmat.



Lorenz Schmidt

Adalah komponis Jerman yang banyak mendapat penghargaan untuk karya-karyanya di Eropa.



Sandspuren

Yang berarti jejak di pasir, adalah komposisi yang mempersatukan elemen tehnik non konvensional dengan permainan ritmik dan warna suara, di mana kedua tangan pemain dituntut untuk memainkan tehnik yang berbeda sehingga nada-nada yang terproduksi mempunyai warna suara berbeda, timbul kesan adanya bunyi dari 2 buah gitar.





















M



Maria Manuel Ponce (1882-1948)



Scherzino Mexicano

Scherzino Mexicano ini ditulis komponis Mexico, Maria Manuel Ponce sebagai komposisi yang ringan dan lincah á la Mexico. Walaupun terdengar sederhana tapi tidak mudah memainkannya.



Mauro Giuliani (1781-1829)



6 Variationen über “Folies d’ Espagne”

Giuliani bukanlah satu-satunya komponis yang mentranskripsikan karya Folies d’ Espagne ini, karya ini adalah satu karya yang cukup terkenal sehingga masih banyak komponis lain yang juga mentranskripsinya. Karya ini berbentuk tema dan variasi (6 variasi). Bagian tema bertujuan untuk memperkenalkan tema dasar dari karya ini, sehingga sedapat mungkin dimainkan dengan tidak terlalu berat (sederhana). Variasi 1 pada dasarnya hampir menyerupai musik tarian rakyat yang sederhana (cth: Landler = Tarian dari Austria yang populer di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Mirip seperti waltz namun dalam tempo yang lebih lambat). Pada Variasi 2 dihadirkan suatu nuansa yang berbeda dengan menghadirkan suara permainan biola yang cepat (Giuliani berteman akrab dengan Paganini –salah satu pemain biola terhebat-). Pada Variasi 3 terjadi penurunan tempo, dengan musik yang tenang dan sederhana. Pada variasi 4 kembali dicoba untuk menghadirkan suasana dari permainan biola dengan permainan oktaf. Musik periode klasik sangat terasa pada variasi 5 yang sepintas terdengar seperti musik-musik Mozart. Kemudian variasi 5 langsung disambung dengan perubahan suasana pada variasi 6 yang ditutup dengan menghadirkan permainan tuty (pada orkestra tuty adalah saat dimana semua pemain bermain secara bersamaan yang menimbulkan kesan megah). Kesulitan dari interpretasi karya ini adalah pada bagaimana kita dapat memberikan warna yang berbeda-beda pada tiap variasi, namun dengan tetap menjaga benang merah dari karya ini. Meskipun setiap variasi tidak terlalu panjang, namun banyak detil-detil karya yang cukup sulit untuk diinterpretasikan. (=Lihat Folia “ANALISA BENTUK MUSIK”)





























N

Napoléon Coste (1805-1883)

Coste adalah gitaris dan komponis asal Perancis. Mulai belajar gitar pada usia 6 tahun, ketertarikannya pada instrumen gitar berasal dari Ibunya sendiri yang juga adalah seorang gitaris. Coste berada di Paris pada tahun 1830 (pada umur 24 tahun), dimana ia bertemu dengan Aguado, Carulli, Castellaci, Carcassi, dan Sor. Namun pada saat itu peluang bagi seorang gitaris sedang menurun, sehingga ia gagal untuk mendapatkan seseorang yang mau mempublikasikan karya-karyanya. Coste mengalami kecelakaan pada tahun 1863 (pada umur 50 tahun), yang mengakibatkan ia mengalami patah tangan. Karena kejadian tersebut maka karirnya sebagai seorang gitaris menjadi terhambat.



Niccolo Paganini (1782-1840)

Niccolo Paganini dilahirkan di Genoa, Italu tahun 1782. Dia terkenal sebagai seorang komponis dan pemain biola terbesar sepanjang masa. Permainan liris biolanya begitu indah hingga mampu membuat para pendengarnya meneteskan air mata, namun pada saat bersamaan juga mampu bermain dengan tenaga dan kecepatan yang tidak pernah dibayangkan orang sebelumnya sampai suatu hari seorang pendengar di Vienna, Austria mengaku telah melihat Paganini dibantu oleh iblis. Sangat sering ia menulis komposisi sendiri untuk konser-konsernya, seperti 24 caprice untuk biola dan 12 sonata untuk biola dan gitar, 6 concerto biola, dsb. Karya-karyanya begitu sulit untuk dimainkan sehingga banyak orang mempercayai mitos persahabatannya dengan dunia hitam.



Grand Sonata en La Mayor

Karya ini aslinya dimainkan untuk duet dengan instrumen biola. Ada sebuah kisah unik dibalik karya ini. Paganini sering tampil dalam format duet antara biola dan gitar, dan pada waktu itu ia jatuh cinta pada seorang gadis. Namun gadis tersebut lebih menyukai seorang pemain gitar dibandingkan pemain biola. Dan untuk menarik perhatian gadis tersebut maka Paganini membuat sebuah karya untuk duet, dimana ia memainkan bagian untuk gitar (umumnya Paganini memainkan biola). Secara sengaja ia membuat bagian untuk biola pada karyanya ini dengan sangat mudah, tujuannya adalah agar gadis tersebut akan tertarik perhatiannya hanya pada permainan gitarnya saja. Tidak jelas bagaimana kelanjutan dari kisah Paganini tersebut, namun karyanya ini sekarang lebih sering ditampilkan dalam format solo gitar saja.

























P



Pieter Van Der Staak (1930)



3 Moods from The Song Of Solomon (1964)

Sesuai dengan judulnya, karya ini dibuat oleh Van Der Staak (Belanda) berdasarkan 3 kutipan teks dari kitab Kidung Agung karya Raja Sulaiman. Secara kompositorik, Van Der Staak lebih memaksakan gaya “ekletik/eksotisme” Timur Tengah dalam musiknya dari pada gaya individual. Hal ini disebabkan karena pada periode tersebut (1960an) VanDer Staak mendalami instrumen vihuela dan sistem musik-musik kuno dengan Emilio Pujol (1886-1980).

























R



Roland Dyens (1955)

Gaya musik folklore/etnik dan jazz adalah landasan dari mayoritas karya Roland Dyens (Prancis kelahiran Tunisia).



Libra Sonatine

Dipersembahkan untuk Jean-Yves Neveux.

India

Collague teknik vokal musik India muncul pada pertengahan bagian pertama karya ini.

Largo

Karya ini sebagian besar terdiri dari improvisasi chord.

Fuoco

Arti kata “fuoco” adalah berapi-api. Untuk memainkan karya bertempo cepat ini diperlukan tehnik arpeggio dan slur yang baik. Beberapa tehnik glissando di dalam karya ini berusaha untuk mengimitasi suara sitar (instrumen dari India).



Trois Saudade no. 3

Diciptakan untuk Francis Kleynjans, pola irama Saudade (bentuk musik favorit komponis utama Brasil H. Villa Lobos) tampak menonjol setelah didahului introduksi yang bersifat improvisatorik (jazz).

S



Silvius L. Weiss (1686-1750)

Adalah seorang letnan dari Jerman dan seorang pemain lute handal dari Dusser Dolf. Hampir seluruh karya untuk Lute dari Johann Sebastian Bach dipersembahkan untuk Weiss, karena pada waktu hanya sedikit pemain lute yang dianggap handal dan Weiss adalah seorang di antaranya.



Tombeau

Tombeau adalah komposisi untuk mengenang kematian seseorang.



























W

Wolfgang Amadeus Mozart

Mozart adalah satu diantara anak ajaib yang paling mengagumkan sepanjang sejarah. Lahir di Salzburg, Austria, pada usia 6 tahun ia sudah bisa memainkan harpsichord dan biola, menggubah fugue, menulis minuet, dan membaca musik dengan sempurna hanya dalam sekali melihatnya.

Pada usia 8 tahun, ia sudah bisa menulis symphony. Pada usia 11 tahun ia menulis oratorio, dan pada usia 12 tahun ia membuat opera. Dan pada masa remajanya ia membuat komposisi-komposisi yang hanya bisa dibuat oleh seorang komposer yang usianya tiga kali lipat di atas usianya.

Ayah Mozart, Leopold, adalah seorang musisi yang bermain di istana, yang dengan jeli melihat kecemerlangan bakat anaknya, dan tahu apa yang harus dilakukan untuk anaknya. Ia pun merancang sebuah tur keliling untuk Mozart yang saat itu masih berusia 6 tahun. Mozart menghabiskan waktunya dari satu konser ke konser lainnya sejak ia berusia 6 tahun hingga 15 tahun dalam tur konser ke seantero Eropa dan Inggris. Ia bermain di hadapan Ratu Maria Theresia di Vienna, Raja Louis XV di istana Versailles, Raja George III di London, dan para bangsawan lainnya.

Pada saat di Italia, Mozart menguasai gaya opera Italia yang kemudian di tangannya opera-opera Italia tampil lebih bagus dan agung. Mozart berada di Roma pada saat Minggu Agung dalam usia 14 tahun, dan ketika itu ia menyaksikan penampilan paduan suara terkenal di Sistine Chapel, dimana sebuah komposisi agung dan sangat berharga dimainkan.

Siapapun yang menggandakan karya paduan suara ini akan dihukum berat. Mozart mendengarkan karya itu satu kalim ia kemudian menuliskannya kembali dengan tepat dan lengkap sambil memberikan beberapa tambahan, dan akhirnya copy-an karya agung hasil tulisan Mozart lengkap dengan tambahan-tambahannya itu ditemukan.

Siapapun yang menggandakan karya orang lain, adalah sebuah kejahatan. Tetapi bagi orang yang mendengarkannya, mengingatnya, dan kemudian menuliskannya kembali dengan sangat tepat dan lengkap, adalah sebuah hal yang luar biasa. Mozart tidak hanya lolos dari hukuman, tetapi justru mendapat penghargaan dari Paus atas hasil karyanya.

Pada usia 15 tahun, Mozart kembali ke Salzburg dan bekerja pada seorang pangeran yang juga uskup besar, Hieronymus Colloredo, seorang tiran yang sama sekali tidak menghargai bakat besar dan kejeniusan Mozart. Colloredo tidak pernah memberikan tempat istimewa kepada Mozart, dan hanya menjadikan Mozart pemain cadangan pada orkestra yang dipimpinnya. Dengan bantuan ayahnya, Mozart mencoba terus menerus lebih dari satu dekade kemudian untuk menemukan posisi yang cocok bagi dirinya, namun selalu gagal.

Ironis tragis kehidupan Mozart adalah, ia lebih diakui sebagai seorang anak ajaib, dari pada seorang musisi dewasa. Pembawaan dan kepribadiannya sebagian selalu disalahkan. Pada masa kanak-kanaknya, ketergantungannya kepada ayahnya begitu besar sehingga membuat dia kurang memiliki kesempatan mengembangkan inisiatifnya sendiri. Bahkan ketika Mozart berusia 21 tahun, ibunya membuntuti Mozart ketika ia pergi ke Paris untuk mencari kehidupan sendiri. Orang-orang Prancis menyebut Mozart sebagai orang yang “terlalu baik, penurut, tidak terlalu aktif, mudah menerima, tidak terlalu memperhatikan hal-hal yang mungkin membawanya ke masa depan yang cerah”.

Tidak seperti Hyden, Mozart memulai kehidupan profesionalnya di lingkungan selebritis internasional, dimanjakan oleh raja-raja. Tetapi ia tidak bisa sabar diperlakukan sebagai pembantu dan makan bersama para pelayan serta juru masak. Hubungannya dengan para pelindungnya pun retak. Mozart benar-benar menjadi sosok yang tidak patuh dan suka melawan.

Puncak kekesalannya adalah ketika ia tidak diikutkan dalam sebuah konser di istana. Konfrontasinya dengan Colloredo pun tak bisa dihindari. Dalam sebuah suratnya, Mozart menulis kekesalannya terhadap Colloredo, “Ia berbohong di depanku bahwa pendapatanku 500 gulden, dan memanggilku bajingan, bangsat, gelandangan. Seketika darahku naik dan aku tidak bisa menahan diri dan kukatakan, ‘Jadi Sang Pangeran yang Mulia tidak menyukaiku? Ia menjawab, ‘Apa? Kamu menantangku? Bajingan! Itu, disana ada pintu!

Pengalaman Musik

Nama : Andreas Pardamean Sinulingga
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta / 17 Oktober 1981
Alamat : Jl. Jatipadang Poncol No. 38, RT : 006, RW : 08, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Telepon/HP : (021) 7891086 / 08119863753

1. Telah lulus audisi guru dan terdaftar sebagai Instruktur Gitar Klasik di Sekolah Musik Purwacaraka dan telah mengajar dari bulan Januari 2004 di Sekolah Musik Purwacaraka cabang Margonda-Depok.

2. Telah lulus dan terdaftar sebagai Instruktur Gitar Klasik di Yayasan Musik Indonesia (YMI) Jakarta sejak bulan Januari 2004 dan telah mengajar sejak bulan Desember 2004 di Relasi Music School (Sub-lisensi YMI), Jakarta Barat.

3. KONSER OPUS 78. Erasmus Huiz, 17 Februari 2004.

Ikut berpartisipasi dengan menampilkan “Usher Vals” karya Nikita Koshkin.

4. KONSER OPUS 78. Goethe Institut, 31 Mei 2004.

Ikut berpartisipasi dengan menampilkan “Moontan” karya Andrew York.

5. Hotel Ciputra, 11 Juli 2004.

Peserta Aktif Workshop Gitar Klasik yang diberikan oleh Iwan Tanzil, dengan membawakan lagu “Trois Saudades part.III” karya Roland Dyens.

6. KONSER OPUS 78. Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), 11 Agustus 2004.

Ikut berpartisipasi dengan menampilkan “Trois Saudades part. III” karya Roland Dyens.

7. Telah lulus ujian Grade 5 (Performance) di Yamaha Musik Indonesia pada tanggal 24 Juni 2004.

8. Ikut serta dalam pertunjukan yang diadakan di Kediaman Duta Besar Finlandia untuk Indonesia dalam rangka untuk memperingati Hari Kemerdekaan Negara Finlandia pada tanggal 6 Desember 2004.

9. Telah lulus ujian Grade 4 (Performance) di Yamaha Musik Indonesia pada tanggal 26 Juni 2005.

10. Membentuk kelompok Jakarta Guitar Quartet pada bulan Agustus 2005. Kegiatan dari kelompok ini antara lain ialah:

 Berpartisipasi dalam acara 2nd YMJ Guitar Ensemble Competition pada tanggal 25 September 2005, yang bertempat di Sekolah Musik Yayasan Musik Jakarta, Bumi Serpong Damai.

 Berpartisipasi dalam acara “a Guitar Charity Concert – Around The World In Steps...a Musical Potpourri” yang diselenggarakan oleh Sekolah Musik Jakarta pada tanggal 15 Oktober 2006, yang bertempat di Usmar Ismail Hall, Jakarta.

 Berpartisipasi dalam acara ‘Student Concert’ di sekolah musik Studio 5 pada tanggal 25 Maret 2007.

 Menjadi bintang tamu dalam acara Konser Gitar Klasik KPGI di Erasmus Huis pada tanggal 11 April 2007.

 Debut Concert – Jakarta Guitar Quartet bertempat di Erasmus Huis pada tanggal 28 Maret 2008.

11. Terdaftar sebagai murid Jakarta Conservatory of Music untuk mendalami instrumen gitar klasik, dibawah bimbingan Sudirman Leman, sejak bulan Oktober 2005 pada grade VII.

12. KONSER GUITARRISSIMO. Erasmus Huiz, 18 November 2005.

Ikut berpartisipasi dengan menampilkan “Sonatina bag. I, II, dan III” karya Federico Moreno Torroba.

13. Telah memiliki Grade 4 (Fundamental + Performance) di Yamaha Musik Indonesia (lulus ujian Fundamental Gitar pada tanggal 27 Maret 2006).

14. GUITAR and VOCAL RECITAL – Jakarta Conservatory of Music (Student Recital Series). Erasmus Huiz, 27 April 2006.

Ikut berpartisipasi dengan menampilkan “Preludio” karya J. S. Bach (BWV 998), dan dua buah karya J. Dowland bersama vokal.


Pengalaman mengajar:

 Relasi Music School (Sub-lisensi Yamaha Musik Indonesia), jl. Panjang,

(Desember 2004 – September 2006)

 Relasi Music School (Sub-lisensi Yamaha Musik Indonesia), ITC. Permata Hijau. (Februari 2004 – sekarang)

 Nuansa Music School (Sub-lisensi Yamaha Music Indonesia), Pondok Pinang,

(Maret 2005 – September 2006)

 Purwacaraka Music Studio, cabang Depok.

(Desember 2004 – November 2007)

 Nuansa Music School (Sub-lisensi Yamaha Music Indonesia), Pondok Indah Mal 2,

(Mei 2008 – sekarang)

 AMI Musi School (Sub-lisensi Yamaha Music Indonesia), Cikini, (Maret 2008 – sekarang)



Resume

Andreas Pardamean Sinulingga

Lahir di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1981. Mulai mempelajari instrumen gitar klasik pada usia 13 tahun dibawah bimbingan Bpk. Weller, yang dilanjutkan dengan belajar pada Bpk. Kamal, dan kemudian melanjutkan belajar lagi kepada Bpk. Subur. Pada tahun 2004 ikut bergabung dengan ensemble gitar OPUS’78, dan pernah mengikuti workshop gitar klasik yang diberikan oleh gitaris Iwan Tanzil. Pada tahun 2005 berhasil memiliki grade 4 (performance) di Yamaha Musik Indonesia, dan pada tahun yang sama memutuskan untuk melanjutkan belajar instrumen gitar klasik di Jakarta Conservatory of Music (diterima pada grade 7) dibawah bimbingan Bpk. Sudirman Leman. Selain aktif sebagai instruktur gitar di Yamaha Musik Indonesia, hingga saat ini aktif pula berpartisipasi dalam berbagai kegiatan konser gitar klasik yang antara lain pernah diadakan di Erasmus Huiz (2004,2005, 2006, 2007, 2008), Goethe Institut (2004), Gedung Kesenian Jakarta (2004), serta beberapa acara gitar klasik lainnya. Pada tahun 2005 memutuskan untuk ikut membentuk kelompok Jakarta Gitar Quartet. Pada tahun 2006 telah memiliki grade 4 di Yamaha Musik Indonesia secara penuh (Fundamental dan Performance).